Jumat, 15 April 2011

Foto Bersama

Foto bersama dalam acara pelepasan Kasi Penamas Bp. Drs.H. Abdul Hafidz, M.Pd.I yang sudah purna tugas. Semoga segala bimbingan dan arahannya selama ini mendapatkan pahala dari Allah SWT. amien..jazakallah..
Share READ MORE - Foto Bersama

Kamis, 14 April 2011

Pembinaan Korban Erupsi Merapi

Bencana alam Erupsi Gunung Merapi yang melanda wilayah-wilayah di sekitar Gunung Merapi termasuk Kabupaten Magelang menyisakan berbagai macam penderitaan bagi masyarakat. Bukan hanya kehilangan harta benda, namun juga korban jiwa. Sehingga peristiwa ini mengakibatkan trauma dan beban bagi mereka yang tidak siap dengan bencana yang tiba-tiba melanda mereka.Dalam kondisi ini, para korban banyak mengalami keresahan dan kebimbangan hati. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian semua pihak dalam penanganan bencana. Selain dari kebutuhan-kebutuhan primer, seperti pangan, sandang, dan papan. Dalam konteks kesadaran seperti inilah Kelompok Kerja Penyuluh Agama Islam (POKJALUH) Kab. Magelang mencoba untuk membantu pemerintah dalam penanganan korban bencana erupsi Merapi, khususnya dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, pembinaan dan penyuluhan mental, moral dan spiritual agar mereka tetap tegar menghadapi masa depannya.Sejak terjadinya bencana pada bulan November 2010 hingga saat ini, POKJALUH Kab. Magelang masih istiqomah dalam memberikan pencerahan di lokasi-lokasi TPS/TPA dengan berbagai macam kegiatan, diantaranya adalah :1.      Pembinaan BTQ (Baca Tulis Al Qur’an) bagi anak-anak2.      Kegiatan bermain dan mendongeng bersama anak-anak3.      Bimbingan dan penyuluhan agama baik secara individu maupun kelompok4.      Bimbingan dan konsultasi psikologi baik secara individu maupun kelompok5.      Doa dan dzikir bersama (mujahadah dan istighotsah)
Adapun pos-pos yang dijadikan sasaran kegiatan POKJALUH adalah tersebar di 3 Kecamatan yang langsung terdampak erupsi Merapi, yaitu Kec. Salam yang terbagi menjadi 3 lokasi, TPA Jumoyo, TPS Tersan Gede, dan TPS Nglarangan, lalu Kecamatan Muntilan yaitu di TPA Tanjung, dan Kecamatan Mungkid yang berada di TPS Ngrajek Kegiatan ini dilaksanakan atas dukungan dan kerjasama dengan semua pihak, diantaranya Pemda Kab. Magelang, Kankemenag Kab. Magelang, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Prov. Jawa Tengah. (ip)
Share READ MORE - Pembinaan Korban Erupsi Merapi

4 Kebahagiaan

Tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali Allah SWT. Setiap yang hidup, yang diciptakan Allah SWT di dunia ini pasti akan mati. Demikian pula kehidupan manusia. Selalu silih berganti, sebagai bentuk ujian dari Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya’ 35 berikut ini :

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan”.

Ayat ini memberikan peringatan bahwa kehidupan manusia itu silih berganti antara kesusahan dan kebahagiaan, keburukan dan kebaikan. Ibarat roda, terus berputar, kadang di atas kadang pula di bawah. Kadang bahagia, kadang susah, keduanya selaluhadir silih berganti dalam kehidupan ini, meskipun dengan porsi yang berbeda. Ada orang yang mengalami kehidupan yang seimbang, setengah kesenangan dan setengah kesusahan. Ada pula orang yang merasa lebih banyak kebahagiaan dalam kehidupannya, namun ada pula yang mengalami kehidupan sebaliknya, merasa lebih banyak kesusahannya, sehingga kebahagiaan seperti menjauh dari kehidupannya.
Sejarah mencatat Kisah seorang Rasul utusan Allah yang mendapatkan porsi kesusahan yang cukup besar dalam hidupnya yakni Kisah Nabi Ayyub AS yang dikisahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya’ 83 berikut ini :

“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya Aku Telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang".
Yang kemudian, berkat kesabaran dan kegigihan dalam berikhtiar serta berdoa kepada Allah SWT, akhirnya Allah SWT menbalikkan semuanya dengan melenyapkan semua penyakitya, mengembalikan seluruh keluarganya dan melipatgandakan bilangan mereka. Sebagaimana disebut dalam ayat berikutnya yakni Surat Al-Anbiya’ 84 sebagai berikut :

“Maka Kami-pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”.

Sekarang, bagaiman supaya porsi kebahagiaan lebih banyak daripada kesusahan? Padahal, tidak bisa tidak, kebahagiaan dan kesusahan mesti silih berganti? Untuk menjawab pertanyaan ini, sangat tepat kalau merujuk pada apa yang dikatakan oleh salah satu ulama besar bangsa ini yakni Prof. DR. Hamka yang menyebut adanya empat rukun kebahagiaan agar porsi kebahagiaan yang bersemayam dalam kehidupan manusia lebih banyak dirasakan daripada kesusahannya. Empat rukun kebahagiaan itu antara lain adalah :

A. SEHAT TUBUH/FISIK/JASMANI
Kesehatan adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang baru terasa saat mengalami sebaliknya yaitu ketika sakit. Karena tubuh yang sehat merupakan salah satu kunci dalam rangka memperoleh kebahagiaa. Dengan sehat jasmani, orang akan bisa melakukan apa saja yang diinginkan dan tidak dipusingkan dengan penyakit yang diidap, termasuk cara dan biaya pengobatannya, seperti yang dirasakan ketika sakit. Dalam hubungannya dengan kesehatan fisik atau jasmani, Rasulullah Muhammad SAW adalah sosok yang sangat pantas untuk dicontoh. Beliau adalah pribadi yang selalu tampil fit dan jarang sakit. Selama hidupnya, beliau hanya sakit dua kali, yaitu :
• Setelah menerima wahyu pertama, sakit demam hebat.
• Ketika beliau akan wafat.
Nah, apa resep beliau untuk selalu tampil fit dan jarang sakit? Resep beliau sagat mudah dan sangat Islami yang bisa dilakukan oleh siapapun, yaitu :
1. Selektif dalam memilih makanan
Beliau selalu menekankan pada prinsip halalan thoyyiban( ). Sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT dalam A-Qur’an Surat Al-Baqarah 168 yang menekankan pada pemilihan makananyang halal dan baik (bergizi).

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

Pengertian halal di sini berkaitan erat dengan urusa akherat, baik dari segi wujud/dzat/materi dari makanan itu sendiri yag harus jelas kehalalannya maupun dari segi cara memperolehnya. Halini lebih mengarah kepada kebarokahan dari makanan tersebut. Karena definisi berkah adalah tumbuh dan tambah dalam kebaikan dan kebahagiaan ( )
Sedangkan thoyyib sangat erat kaitannya dengan urusan dunia yaitu menyangkut masih baik atau tidaknya, layak atau tidaknya maupun bergizi atau tidaknya makanan tersebut.
2. Makan sesudah lapar dan berhenti sebelum kenyang
Beliau tidak pernah makan sebelum merasa lapar dan selalu berhenti sebelum merasa kenyang. Terlalu kenyang tidak baik untuk tubuh, karena perut juga perlu ruang untukudara. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa perut itu terbagi menjadi tiga porsi isi perut,sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga udara.

3. Makan tidak tergesa-gesa
Sesuatu yang tergesa-gesa pasti tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik. Demikian pula dengan makan. Makan dengan tergesa-gesa bisa tersedak dan tidak memberi kesempatan pada organ pencerna, penggiling dan penghalus makanan melakukan tugasnya dengan sempurna, sehingga berakibat buruk bagi tubuh, terutama perut.Bahkan Rasulullah SAW menegaskan dalam sabdanya bahwa tergesa-gesa itu bagian bgian dari perbuatan syaitan.
3. Tidur cepat dan bangun cepat
Beliau tidak terbiasa tidur larut untuk hal yang tidak bermanfaat (begadang) dan selalu bangun awal untuk melaksanakan sholat malam(tahajud). Bukan sebaliknya seperti kebiasaan orang-orang sekarang yang selalu tidur larut malam karena begadang dengan melakukan ha-hal yang kurang bermanfaat, sehigga bangunnya menjadi kesiangan, tidak bisa melakukan sholat malam (tahajud). Dan hal ini sangat berbahaya bagi tubuh, karena tubuh juga perlu istirahat. Karena Allah SWT menjadikan tidur di waktu malam sebagai sarana untuk beristirahat sedangkan siang untuk mencari nafkah (bekerja). Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat A-Naba’ 9 -11 berikut ini :

9. dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,
10. dan Kami jadikan malam sebagai pakaian[*],
11. dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,

[*] Malam itu disebut sebagai pakaian karena malam itu gelap menutupi jagat sebagai pakaian menutupi tubuh manusia.

4. Rajin berpuasa
Tidak dapat dipungkiri bahwa puasa adalah cara detoksifikasi (pembersihan racun dari tubuh) yang bersifat total dan menyeluruh, meliputi kegiatan fisik, emosi dan spiritual. Sehingga dengan berpuasa, justru badan menjadi sehat, karena memberi kesempatan bagi lambung untuk beristirahat. Oleh karena itu Rasulullah SAW menegaskan dalam sabdanya baba dengan berpuasa, badan menjjadi sehat.
Selain menjaga kesehatan fisik dan untuk mendukung kesehatan fisik itu pula, seseorang hendaknya menjauhi sifat hasad (dengki). Hamka mengatakan, dengan hasad, maka susahmu, miskinmu dan sakitmu akan berlipat.

B. SEHAT AKAL/PIKIRAN/INGATAN
Perjuangan hidup memang senantiasa menhendaki kepayahan atau kemaksimalan kerja dari akal. Oleh karena itu, akal akan cepat mengeluarkan pendapat, merespon realitas atau kenyataan dan melalu melihat ke belakang utuk menatap masa depan yang lebih baik harus selalu diasah. Sehingga menghadirkan kemenangan sekaligus kebahagiaan.Tuntutan untuk terus mengasah/memaksimalkan kerja otak, berpikir cerdas serta berpegang teguh pada prinsip kebenaran merupakan sebuah keniscayaan. Demikian pula sikap istiqomah, yang mendidik manusia untuk menjadi pribadi yang tidak mudah goyah selama berprinsip kepada kebenaran pasti akan mendatangkan kebahagiaan. Sebagaimana janji Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Fushilat 30 berikut ini :

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".


C. SEHAT JIWA/MENTAL/RUHANI
Ini merupakan perwujudan/manifestasi dari keimanan seorang hamba kepada Allah SWT. Sehat jiwa/mental/ruhani ini tidak akan berarti jika hanya dijadikan jargon saja, sehingga tidak memberikan efek nyata dalam kehidupan. Karena hal ini menyangkut kerja hati,keseimbangan antara hubungan dengan Allah SWT( ( dan hubungan dengan sesama manusia ( ).
Berkaitan dengan hal ini, sejak tahun 1959, WHO memberikan kriteria jiwa atau mental yang sehat dengan kriteria sebagai berikut :
1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
2. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
4. Relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
5. Berhubungan dengan orang lain seccar tolong menolong dan saling memuaskan.
6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian hari.
7. Mengalihkan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstuktif.
8. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
Pada tahun 1984 WHO menyempurnakan ciri-ciri di atas dengan menambahkan satu elemen sebagai syarat jiwa yang sehat yaitu dengan Spiritual (Agama). Dan jauh-jauh sebelumnyaAl-Qur’an dan Al-Hadis sudah banyak mengungkap ciri-ciri di atas melalui ayat-ayat-Nya maupun sabda Rasulullah SAW.

D. PERASAAN TELAH KAYA
Pepatah mengatakan bahwa kekayaan adala pada perasaan telah kaya.Bila seseorang telah merasa kaya, sepeserpun tak berarti kekayaan itu kalau belum untuk kemaslahatan umum, membelafakir miskin dan menyucikannya dengan dengan zakat, infaq dan shadaqah. Rasulullah SAW dalam salah satu wasiatnya mendefinisikan kaya dan fakir dalam riwayat berikut :



“Dari Abu Dzar ra di berkata : Rasulullah SAW bersabda kepadaku : Hai Abu Dzar, tahukah kamu apakah banyak harta itu suatu kekayaan?
Aku menjawab : Benar hai Rasulullah.
Beliau bertanya lagi, Tahukah kamu apakah sedikit harta suatu kefakiran?
Aku menjawab : Benar hai Rasulullah
Beliau bersabda : Sesungguhnya kekayaan adalah kecukupan hati, dan kefakiran adalah fakirnya hati.

Barangsiapa kaya hatinya maka suatu dari hartanya tidak akan membahayakan bagi dirinya.
Dan barangsiapa merasa fakir hatinya, maka harta yang banyakpun tidak akan mencukupinya.
Akan tetapi justru membahayakan dirinya karena kikirnya.
(HR Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)

Agar seseorang bisa merasa kaya kuncinya ‘kaya hati’ dan resepnya adalah qana’ah (menerima dengan ikhlas terhadap apa yang telah Allah SWT berikan) dan syukur (berterima kasih kepada Allah SWT). Karena dengan syukur, seseorang akan lebih menikmati apa yang mereka punya, karenapada hakikatnya saat manusia lahir tidak membawa apa-apa dan akan kembali kepada Allah SWT tanpa membawa apa-apa pula kecuali amalnya. Dalam ayat yang sangat populer yaitu surat Ibrahim ayat 7 Allah SWT berfirman :

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (ah)
Share READ MORE - 4 Kebahagiaan

Rabu, 13 April 2011

MENGHADAPI MUSIBAH


اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى خَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا, وَجَرَتِ اْلأُمُوْرُ عَلىَ مَايَشَاءُ حِكْمَةً وَتَدْبِيْرًا, وَللهِ مُلْكُ السَّموَاتِ وَاْلأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ اْلأَمْرُكُلُّهُ, وَلَنْ تَجِدَمِنْ دُوْنِهِ وَلِيًّاوَلاَنَصِيْرًا

Hadirin jam'ah shalat jum'ah rahimakumullah.
Secara fitrah tidak seorangpun di muka bumi ini yang menginginkan suatu musibah yang menimpa pada dirinya, musibah dalam arti suatu kejadian yang tidak menyenangkan, musibah yang menyusahkan atau menyakitkan, baik secara fisik maupun mental.
Yang diinginkan oleh setiap orang adalah sesuatu yang menyenangkan, menggembirakan, melegakan dan sebagainya.
Bagi seorang mukmin, musibah yang terjadi dan menimpa dirinya di pandangnya sebagai ujian hidup. Maka dibalik ujian itulah yang perlu direnungkan, apa hikmah di balik ujian itu?
Karena seorang mukmin dengan konsepsi keimanannya akan mampu memandang persoalan dengan sudut pandang yang berbeda dengan umumnya manusia. Baginya ukuran baik atau buruknya sesuatu, benar atau salah, suka dan dukanya sesuatu semua dikembalikan nilainya kepada Allah swt.
Hal inilah yang menjadikan seoarang mukmin itu senantiasa berpikir positif dan optimis dalam mengarungi kehidupannya, sekalipun harus menghadapi berbagai ujian, atau kenyataan paling pahit dalam hidupnya, ia tidak akan mudah patah dan berputus asa . Karena ia yakin bahwa setiap kejadian pastilah sudah dalam kehendak dan takdir Allah swt.
" Katakan tidak akan menimpa kepada kita suatu musibah apaun kecuali apa-apa yang telah di ditetapkan oleh Allah swt"
Maka tepatlah apa yang di sabdakan Nabi saw :
"Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin bahwa semua urusannya baik, yang demikaian itu tidak terjadi pada siapapun, kecuali untuk orang mukmin, jika menimpanya sesuatu yang menggembirakan bersyukurlah ia maka adalah kebaikan baginya, dan jika menimpanya sesuatu yang menyusahkan bersabarlah ia maka adalah kebaikan baginya." (HR. Muslim )
Hadist ini dapat menjadi landasan paradigma berpikir seorang mukmin sehingga ia senantiasa berada pada jalan kebenaran, ia selalu memiliki pandangan yang lurus kedepan, pandangannya kuat dan mendasar, luas menjangkau dan seimbang dalam mensikapi segala sesuatunya, dengan demikian ia akan memiliki kesiapan secara mental, pemikiran, lahir dan batin dalam menghadapi realita dan berbagai kemungkinan yang akan menimpa di dalam hidupnya.

  Hadirin jama'ah shalat jum'at rahimakumullah.
untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan firman Allah swt. yang berbicara tentang perspektif musibah:
" Tidak ada suatu musibah apapun di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis didalam Kitab (Lauhil Mahfuzd) sebelum Kami menciptakannya. Sesunggunya yang demikan itu adalah mudah bagi Allah, (Kami jelaskan yang demkian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu . Dan Allah tidak menyukai orang sombong dan lagi membanggakan diri." ( QS. Al-hadid . 22-23 )
Di dalam ayat lainnya Allah pun meytebutkan yang artinya :
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu."
Dari kedua surat tersebut diatas dapatlah kita fahami bahwa musibah dalam bentuk apapun tidak mungkin terjadi dan menimpa pada siapapun, kecuali telah terencana dalam ilmu Allah bahkan telah ditetapkan pula dilauhil mahfudz, maka tidak akan pernah terjadi musibah yang salah sasaran, maka musibah apapun yang menimpa seorang mukmin akan difahami oleh seorang mukmim sebagai takdir dan qodho-Nya.
Yang paling penting bagi manusia adalah mengimani segala keputusan dan ketentuan yang telah terjadi karena kesemuanya terjadi tidaklah terlepas dari " Kebijakan dan Keadilan Allah swt."
Manusia telah biberi wilayah otoritasnya dalam bentuk kebebasan berfikir, berusaha, beramal untuk menjawab seluruh tantangan hidupnya, mencapai apa yang diinginkannya, menghindari apa yang tidak diinginkannya.
Allah juga telah memberinya seperangkat alat dan modal besar, berupa akal, hati, perasaan dan panca indra, Allahpun telah memberinya petunjuk berupa kitab suci yang telah di jelaskan oleh Nabi-Nya, dengan petunjuk ini seharusnya manusia mampu menjalani kehidupannya dengan sempurna.
Allah telah menundukkan apa yang ada di bumi, untuk menjadi sarana hidup dan kehidupan bagi manusia. Manusia diberi kesempatan untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya apa yang ada di bumi tersebut sebagai bagian kesenangan hidup dan kehidupannya, begitu sempurnanya Allah memberi kenikmatan kepada manusia.
Maka ketika sebuah musibah yang tidak menyenangkan terjadi seharusnya manusia bertanya, mengapa hal ini terjadi ? apa sebab terjadinya musibah yang demikian ini?.
Inilah bentuk- bentuk dan cara Allah swt. memberi ibtila atau ujian kepada manusia. Dengan ujian ini Allah ingin membedakan siapa manusia yang benar-benar beriman dengan orang yang yang benar-benar kafir kepada-Nya.
Dari ujian inilah nantinya Allah akan membedakan siapa di antara manusia yang paling berkualitas keimanan dan amal, bersyukur atas nikmat, istiqomah dalam ketaatan kepada-Nya atau kufur atas nikmat-Nya dan berputus asa atas cobaan yang menimpanya..
Dengan iman kepada Taqdir Allah, Allah akan membuka pintu hidayah menuju keridhoan-Nya.
Di akhirat nanti Allah akan pisahkan siapa yang termasuk "ahlul yamin" dan siapa yang termasuk "ahlus syimal", untuk kemudian dibalas dengan surga atau neraka-Nya.
Nabi Ibrahim dipilih oleh Allah swt sebagai pemimpin bagi ummat manusia karena kesempurnaannya dalam mensikapi segala bentuk ujian . Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
"Dan ingatlah ketika Ibrahim di uji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan ) lalu Ibrahim dengan sempurna menunaikannya. Allah berfirman : "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata : " (dan saya mohon juga) ya Allah dari anak keturunan ku, Allah berfirman:" Janji-Ku (ini) tidak berlaku bagi orang-orang yang dhalim." (QS: Al baqoroh. 124-125)
Oleh karenanya tidak ada alasan bagi orang-orang beriman untuk lari atau menghindar dari ujian dan cobaan dalam hidupnya, tidak ada kamus putus asa dalam menghadapi segala macam ujian, karena ujian itu ternyata merupakan cara Allah untuk meningkatkan kualitas orang-orang beriman.
Bahkan ujian yang Allah berikan pada manusia sebagiannya merupakan cara Allah memberi ampunan pada orang-oarang yang sabar dalam menerima cobaan-Nya.
Adapun mengapa Allah swt. menimpakan musibah sementara manusia tidak ada yang menginginkan musibah itu, maka disinilah Allah swt. ingin menunjukkan kekuasaann-Nya yang mutlak, tidak ada seorang pun yang dapat mendekte kehendak-Nya. Ia Maha kuasa atas segala suatu, selain juga Allah ingin memberikan pelajaran pada orang yang mau berpikir tentang sebab terjadinya musibah dan hikmah dibalik musibah tersebut.

 
Hadirin jama'ah shalat jum'at rahimakumullah
Cobalah sejenak kita renungkan tentang sebab-sebab bencana dan musibah yang terjadi di negeri kita, adakah kedzaliman Allah dibalik musibah itu ? Ataukah ulah manusia dan kejahatan mereka yang menyebabkan terjadinya musibah tersebut?
Untuk itu marilah kita jadikan seluruh musibah yang menimpa diri kita, keluarga kita atau bangsa kita ini sebagai:
1. Pengingatan agar kita tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan datangnya musibah dan bencana yang pernah menimpa umat terdahulu.
2. Sarana instropeksi bagi kita untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu (musyrik), tidak sombong dan merasa aman dari azab Allah.
3. Upaya mendekatkan diri dan tawakkal kita kapada-Nya.
4. Upaya meningkatkan kualitas iman, amal dan taqwa kita untuk mendapatkan ampunan dan surga-Nya.

  Hadirin jama'ah shalat jum'at rahimakumullah
Marilah kita jadikan isi khutbah singkat ini sebagai, peringatan, pealajaran, agar kita semakin beriman pada taqdir Allah, semakin yakin dan optimis, semakin yakin dan sabar, berserah diri dan bertawakkal kepada-Nya.
Semoga kita senantiasa mendapat lindungan dari Allah swt. dan terhindar dari segala macam musibah, fitnah dan mara bahaya.
Semoga musibah yang pernah menimpa kita dan saudara kita menjadi cara Allah mengampuni dosa-dosa kita semua, dan menggantinya dengan ampunan, pahala dan surgan-Nya amin.
Share READ MORE - MENGHADAPI MUSIBAH

Grup Rebana POKJALUH "AL WATHONY"


Penampilan Al Wathony di Lokasi Pengungsian Kec. Mungkid, menghibur para pengungsi...semoga tetap eksis dengan penampilan yang semakin baik
Share READ MORE - Grup Rebana POKJALUH "AL WATHONY"

Jumat, 08 April 2011

KEHORMATAN ADALAH PENGORBANAN


Oleh : Azizah Herawati, S.Ag.*)

QS An-Nisa 86 :
 “ Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu”.
         Ayat di atas menyeru kita untuk membalas penghormatan dengan penghormatan yang lebih baik atau paling tidak yang sepadan. Coba kita ibaratkan saat kita diundang seseorang, pasti ada penyebabnya. Ada sebab, berarti pilihan, tidak mungkin karena ada ketidak sengajaan. Pilihan berarti sebuah kehormatan dan kehormatan adalah kerelaan berkorban untuk kembali menghormati yang mengundang. Jadi kehormatan bukanlah gagah-gagahan, tapi justru suatu bentuk ketulusan untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain, sehingga menumbuhkan kegembiraan bagi yang menerimanya.
        Dewasa ini banyak orang menempatkan kehormatan hanya untuk ‘orang yang mempunyai jabatan’. Sehingga dengan ‘jabatannya’ jangankan menghormati dengan yang lebih, dengan yang sepadan aja enggan. Padahal di mata Allah, semua manusia adalah sama, yang membedakan adalah taqwanya. Sebagaimana penggalan Firman Allah SWT yang sudah sangat populer dalam QS Al-Hujurat 13 :
 “……..Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa ……..”.
          Sangat penting kiranya kita merenungkan bahwa saat orang mengagungkan jabatan sebagai kehormatan, belum tentu di mata Allah sama adanya. Bukankah salah satu biang krisis multi dimensi yang melanda negeri ini adalah karena ulah para pejabat yang ‘terhormat’!Mereka menggunakan ‘jabatannya’ untuk berperilaku ‘tidak terhormat’, sehingga apapun caranya yang penting ‘dapat’!
         Alangkah indahnya andaikata ‘orang-orang terhormat’ mau belajar untuk membalas penghormatan orang lain, minimal dengan yang sepadan, syukur bisa membalas dengan yang lebih! Dengan demikian orang lain akan dengan sendirinya hormat kepadanya tanpa ada tendensi apapun apalagi sekedar ABS alias Asal Bapak Senang.
      Sudah saatnya kita belajar ‘mengorbankan diri’ untuk semata-mata mencari ridho Allah SWT. Mengorbankan kepentingan diri yang hanya berorientasi pada hal-hal duniawiyah saja, sekedar untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan mengesampingkan           ridho
Allah SWT. Mari kita belajar dari para pendahulu kita yang tidak mengagungkan ‘harta, jabatan dan keturunan’, tapi justru memandangnya sebagai sebuah ‘amanah’ yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya, semata-mata untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Justru dengan ‘ketawadhu’an’ mereka, namanya terkenang hingga kini dan ‘sangat terhormat’ di mata Allah SWT. Sehingga Allah SWT mengabadikannya dalam
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 207 :  
 “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada Hamba-hambaNya”.

Wallahu a’lamu bish-showwab.

*) PAF Kec. Bandongan.
Share READ MORE - KEHORMATAN ADALAH PENGORBANAN

Rabu, 06 April 2011

KETIKA MUSIBAH MENIMPA

Tsunami, gempa bumi,angin puting beliung, tanah longsor maupun yang tak kunjung reda, banjir.Belum lagi musibah-musibah lain yang bersifat personal yang bisa menjadikan yang tertimpa putus asa berkepanjangan. Memang tak ada satupun manusia yang menginginkan tertimpa musibah. Tapi apa mau dikata, bila Allah menghendaki, tak satupun yang mampu menghindarinya.

Sebagai insan beriman, hendaknya kita dapat mensikapi musibah dengan lebih bijaksana. Kualitas keimanan seseorang mempunyai pengaruh besar dalam mensikapi datangnya musibah. Setidaknya ada lima sudut pandang manusia dalam mensikapi datangnya musibah :

Pertama,menghadapi musibah dengan sudut pandang memaafkan Disakiti, difitnah bahkan didlolimi orang lain bisa jadi musibah besar bagi seseorang.
Perasaan sulit memaafkan, rasa dendam yang membara dan berbagai macam perasaan negatif berkecamuk dalam hati. Kalau dibiarkan, pastilah tak kunjung usai. Kalau kita ingat janji Allah ‘ampunan Allah dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi’ yang di antaranya dijanjikan bagi ‘orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain’
Semestinya kita mau belajar untuk memaafkan orang yang telah mendlolimi kita. Dengan demikian permasalahan lambat laun akan selesai.

Kedua, meghadapi musibah dengan sudut pandang bahwa sesuatu yang buruk adalah ketentuan Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Hadid 22 diterangkan bahwa setiap musibah sudah termaktub di Lauhul Mahfudz.
‘Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah’.
Menerima ketentuan Allah yang buruk sekalipun dengan hati ikhlas tanpa mengesampingkan ikhtiar akan menambah kedekatan kita kepada Allah SWT dan senantiasa bertawakal kepadaNya.

Ketiga, menerima musibah sebagai kafarah/penebus dosa. Musibah berkepanjangan akan menjadikan yang bersangkutan semakin dekat kepada Allah dan ibadahnya akan semakin meningkat. Demikian pula orang-orang yang ada di sekitarnya, diuji kesabaran dan ketabahannya untuk mendampingi. Sehingga kedekatan pada Allah ini akan meringankan dosa-dosa yang pernah diperbuat.
QS Asy-Syura 30 :
‘Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)’

Keempat, menerima musibah sebagai sarana evaluasi diri. Saat musibah menimpa merupakan moment paling tepat bagi kita untuk bermuhasabah, evaluasi diri terhadap perbuatan kita. Sudahkah kita menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya? Sudah pedulikah kita terhadap orang-orang sekitar kita yang membutuhkan?Apakah musibah ini sebagai teguran, ujian atau bahkan bagian dari adzab Allah karena perbuatan kita? Kalau itu teguran, hendaknya kita bersyukur masih diingatkan Allah untuk berbuat yang lebih baik sebelum ajal menjemput. Kalau itu ujian, berarti harus menerima dengan penuh kesabaran dan tawakal sepenuhnya kepadaNya.

Kalau itu bagian dari adzab, berarti kita harus taubat yang sebenar-benarnya untuk tidak mengulang perbuatan buruk kita di masa lalu dan berhijrah pada yang jauh lebih baik. Evaluasi diri ini akan memacu kita untuk berbuat lebih baik di masa yang akan datang, karena segala musibah yang menimpa kita merupakan akibat dari perbuatan kita sendiri. QS An-Nisa’ 79 :


‘Kebajikan apapun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah dan keburukan apapun yang menimpamu,itudari(kesalahan) dirimu sendiri…..’ Kelima, menerima musibah sebagai wujud dari kasih sayang Allah. Tidak semua musibah adalah keburukan. Sebagai bukti, banyak orang yang sudah melaksanakan perinah Allah dengan sebaik-baiknya dan menjauhi larangan-Nya, tapi masih saja tertimpa musibah. Ini merupakan wujud kasih sayang Allah, apakah dengan musibah yang menimpanya, masihkah dekat dengan Allah atau meninggalkan-Nya?(ah)
Share READ MORE - KETIKA MUSIBAH MENIMPA

Jumat, 01 April 2011

PEDOMAN (DP3)

Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) adalah salah satu hal yang harus diperhatikan oleh para PNS, utamanya bagi mereka yang ingin senantiasa memperbaiki kinerjanya. MAka perlu kiranya PNS mengetahui pedoman dan unsur-unsur penilaian dalam DP3

1. Hasil Penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS, dituangkan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan.
2.    Dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan unsur-unsur yang dinilai adalah:
          * Kesetiaan
          * Prestasi Kerja
          * Tanggung Jawab
          * Ketaatan
          * Kejujuran
          * Kerjasama
          * Prakarsa, dan
          * Kepemimpinan
3.  Unsur kepemimpinan hanya dinilai bagi Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a keatas yang memangku suatu jabatan.
4.   Nilai Pelaksanaan pekerjaan dinyatakan dengan sebutan dan angka sebagai berikut :
      Amat baik      =   91 - 100
      Baik              =   76 - 90
      Cukup           =   61 - 75
      Sedang         =   51 - 60
      Kurang          =   50 ke bawah
5.  Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan adalah bersifat rahasia
6.  Pejabat penilai baru dapat melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan, apabila ia telah membawahi PNS yang bersangkutan sekurang-kurangnya 6 bulan.
7.  Apabila PNS yang dinilai berkeberatan atas nilai dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan, maka ia dapat mengajukan keberatan disertai dengan alasan-alasannya, kepada atasan pejabat penilai melalui hierarki dalam jangka watu 14 hari sejak diterimanya daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan tersebut.
8.  Daftar-daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan bagi PNS yang sedang menjalankan tugas belajar, dibuat oleh pejabat penilai dengan menggunakan bahan-bahan yang diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi, sekolah atau kursus yang bersangkutan.
9.  Khusus bagi PNS yang menjalankan tugas belajar diluar negeri, bahan-bahan penilaian pelaksanaan pekerjaan tersebut diberikan oleh Kepala Perwakilan Republik Indonesia di negara yang bersangkutan.
10.   Khusus PNS yang diangkat menjadi anggota DPR RI dan DPRD, bahan-bahan penilaian pelaksanaan pekerjaan tersebut diberikan oleh Ketua Fraksi yang bersangkutan.
11.   DP3 bagi PNS yang diperbantukan atau dipekerjakan pada perusahaan milik negara, organisasi profesi, badan swasta yang ditentukan, negara sahabat atau badan internasional dibuat oleh pejabat penilai dengan menggunakan bahan-bahan dari pimpinan perusahaan, organisasi, atau badan yang bersangkutan. 
12. Khusus bagi PNS yang diperbantukan atau dipekerjakan pada negara sahabat atau badan internasional bahan-bahan penilaian pelaksanaan pekerjaan tersebut diberikan oleh Kepala Perwakilan RI di negara yang bersangkutan.

Share READ MORE - PEDOMAN (DP3)

FB