Kamis, 14 April 2011

4 Kebahagiaan

Tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali Allah SWT. Setiap yang hidup, yang diciptakan Allah SWT di dunia ini pasti akan mati. Demikian pula kehidupan manusia. Selalu silih berganti, sebagai bentuk ujian dari Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya’ 35 berikut ini :

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan”.

Ayat ini memberikan peringatan bahwa kehidupan manusia itu silih berganti antara kesusahan dan kebahagiaan, keburukan dan kebaikan. Ibarat roda, terus berputar, kadang di atas kadang pula di bawah. Kadang bahagia, kadang susah, keduanya selaluhadir silih berganti dalam kehidupan ini, meskipun dengan porsi yang berbeda. Ada orang yang mengalami kehidupan yang seimbang, setengah kesenangan dan setengah kesusahan. Ada pula orang yang merasa lebih banyak kebahagiaan dalam kehidupannya, namun ada pula yang mengalami kehidupan sebaliknya, merasa lebih banyak kesusahannya, sehingga kebahagiaan seperti menjauh dari kehidupannya.
Sejarah mencatat Kisah seorang Rasul utusan Allah yang mendapatkan porsi kesusahan yang cukup besar dalam hidupnya yakni Kisah Nabi Ayyub AS yang dikisahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya’ 83 berikut ini :

“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya Aku Telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang".
Yang kemudian, berkat kesabaran dan kegigihan dalam berikhtiar serta berdoa kepada Allah SWT, akhirnya Allah SWT menbalikkan semuanya dengan melenyapkan semua penyakitya, mengembalikan seluruh keluarganya dan melipatgandakan bilangan mereka. Sebagaimana disebut dalam ayat berikutnya yakni Surat Al-Anbiya’ 84 sebagai berikut :

“Maka Kami-pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”.

Sekarang, bagaiman supaya porsi kebahagiaan lebih banyak daripada kesusahan? Padahal, tidak bisa tidak, kebahagiaan dan kesusahan mesti silih berganti? Untuk menjawab pertanyaan ini, sangat tepat kalau merujuk pada apa yang dikatakan oleh salah satu ulama besar bangsa ini yakni Prof. DR. Hamka yang menyebut adanya empat rukun kebahagiaan agar porsi kebahagiaan yang bersemayam dalam kehidupan manusia lebih banyak dirasakan daripada kesusahannya. Empat rukun kebahagiaan itu antara lain adalah :

A. SEHAT TUBUH/FISIK/JASMANI
Kesehatan adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang baru terasa saat mengalami sebaliknya yaitu ketika sakit. Karena tubuh yang sehat merupakan salah satu kunci dalam rangka memperoleh kebahagiaa. Dengan sehat jasmani, orang akan bisa melakukan apa saja yang diinginkan dan tidak dipusingkan dengan penyakit yang diidap, termasuk cara dan biaya pengobatannya, seperti yang dirasakan ketika sakit. Dalam hubungannya dengan kesehatan fisik atau jasmani, Rasulullah Muhammad SAW adalah sosok yang sangat pantas untuk dicontoh. Beliau adalah pribadi yang selalu tampil fit dan jarang sakit. Selama hidupnya, beliau hanya sakit dua kali, yaitu :
• Setelah menerima wahyu pertama, sakit demam hebat.
• Ketika beliau akan wafat.
Nah, apa resep beliau untuk selalu tampil fit dan jarang sakit? Resep beliau sagat mudah dan sangat Islami yang bisa dilakukan oleh siapapun, yaitu :
1. Selektif dalam memilih makanan
Beliau selalu menekankan pada prinsip halalan thoyyiban( ). Sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT dalam A-Qur’an Surat Al-Baqarah 168 yang menekankan pada pemilihan makananyang halal dan baik (bergizi).

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

Pengertian halal di sini berkaitan erat dengan urusa akherat, baik dari segi wujud/dzat/materi dari makanan itu sendiri yag harus jelas kehalalannya maupun dari segi cara memperolehnya. Halini lebih mengarah kepada kebarokahan dari makanan tersebut. Karena definisi berkah adalah tumbuh dan tambah dalam kebaikan dan kebahagiaan ( )
Sedangkan thoyyib sangat erat kaitannya dengan urusan dunia yaitu menyangkut masih baik atau tidaknya, layak atau tidaknya maupun bergizi atau tidaknya makanan tersebut.
2. Makan sesudah lapar dan berhenti sebelum kenyang
Beliau tidak pernah makan sebelum merasa lapar dan selalu berhenti sebelum merasa kenyang. Terlalu kenyang tidak baik untuk tubuh, karena perut juga perlu ruang untukudara. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa perut itu terbagi menjadi tiga porsi isi perut,sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga udara.

3. Makan tidak tergesa-gesa
Sesuatu yang tergesa-gesa pasti tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik. Demikian pula dengan makan. Makan dengan tergesa-gesa bisa tersedak dan tidak memberi kesempatan pada organ pencerna, penggiling dan penghalus makanan melakukan tugasnya dengan sempurna, sehingga berakibat buruk bagi tubuh, terutama perut.Bahkan Rasulullah SAW menegaskan dalam sabdanya bahwa tergesa-gesa itu bagian bgian dari perbuatan syaitan.
3. Tidur cepat dan bangun cepat
Beliau tidak terbiasa tidur larut untuk hal yang tidak bermanfaat (begadang) dan selalu bangun awal untuk melaksanakan sholat malam(tahajud). Bukan sebaliknya seperti kebiasaan orang-orang sekarang yang selalu tidur larut malam karena begadang dengan melakukan ha-hal yang kurang bermanfaat, sehigga bangunnya menjadi kesiangan, tidak bisa melakukan sholat malam (tahajud). Dan hal ini sangat berbahaya bagi tubuh, karena tubuh juga perlu istirahat. Karena Allah SWT menjadikan tidur di waktu malam sebagai sarana untuk beristirahat sedangkan siang untuk mencari nafkah (bekerja). Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat A-Naba’ 9 -11 berikut ini :

9. dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,
10. dan Kami jadikan malam sebagai pakaian[*],
11. dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,

[*] Malam itu disebut sebagai pakaian karena malam itu gelap menutupi jagat sebagai pakaian menutupi tubuh manusia.

4. Rajin berpuasa
Tidak dapat dipungkiri bahwa puasa adalah cara detoksifikasi (pembersihan racun dari tubuh) yang bersifat total dan menyeluruh, meliputi kegiatan fisik, emosi dan spiritual. Sehingga dengan berpuasa, justru badan menjadi sehat, karena memberi kesempatan bagi lambung untuk beristirahat. Oleh karena itu Rasulullah SAW menegaskan dalam sabdanya baba dengan berpuasa, badan menjjadi sehat.
Selain menjaga kesehatan fisik dan untuk mendukung kesehatan fisik itu pula, seseorang hendaknya menjauhi sifat hasad (dengki). Hamka mengatakan, dengan hasad, maka susahmu, miskinmu dan sakitmu akan berlipat.

B. SEHAT AKAL/PIKIRAN/INGATAN
Perjuangan hidup memang senantiasa menhendaki kepayahan atau kemaksimalan kerja dari akal. Oleh karena itu, akal akan cepat mengeluarkan pendapat, merespon realitas atau kenyataan dan melalu melihat ke belakang utuk menatap masa depan yang lebih baik harus selalu diasah. Sehingga menghadirkan kemenangan sekaligus kebahagiaan.Tuntutan untuk terus mengasah/memaksimalkan kerja otak, berpikir cerdas serta berpegang teguh pada prinsip kebenaran merupakan sebuah keniscayaan. Demikian pula sikap istiqomah, yang mendidik manusia untuk menjadi pribadi yang tidak mudah goyah selama berprinsip kepada kebenaran pasti akan mendatangkan kebahagiaan. Sebagaimana janji Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Fushilat 30 berikut ini :

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".


C. SEHAT JIWA/MENTAL/RUHANI
Ini merupakan perwujudan/manifestasi dari keimanan seorang hamba kepada Allah SWT. Sehat jiwa/mental/ruhani ini tidak akan berarti jika hanya dijadikan jargon saja, sehingga tidak memberikan efek nyata dalam kehidupan. Karena hal ini menyangkut kerja hati,keseimbangan antara hubungan dengan Allah SWT( ( dan hubungan dengan sesama manusia ( ).
Berkaitan dengan hal ini, sejak tahun 1959, WHO memberikan kriteria jiwa atau mental yang sehat dengan kriteria sebagai berikut :
1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
2. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
4. Relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
5. Berhubungan dengan orang lain seccar tolong menolong dan saling memuaskan.
6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian hari.
7. Mengalihkan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstuktif.
8. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
Pada tahun 1984 WHO menyempurnakan ciri-ciri di atas dengan menambahkan satu elemen sebagai syarat jiwa yang sehat yaitu dengan Spiritual (Agama). Dan jauh-jauh sebelumnyaAl-Qur’an dan Al-Hadis sudah banyak mengungkap ciri-ciri di atas melalui ayat-ayat-Nya maupun sabda Rasulullah SAW.

D. PERASAAN TELAH KAYA
Pepatah mengatakan bahwa kekayaan adala pada perasaan telah kaya.Bila seseorang telah merasa kaya, sepeserpun tak berarti kekayaan itu kalau belum untuk kemaslahatan umum, membelafakir miskin dan menyucikannya dengan dengan zakat, infaq dan shadaqah. Rasulullah SAW dalam salah satu wasiatnya mendefinisikan kaya dan fakir dalam riwayat berikut :



“Dari Abu Dzar ra di berkata : Rasulullah SAW bersabda kepadaku : Hai Abu Dzar, tahukah kamu apakah banyak harta itu suatu kekayaan?
Aku menjawab : Benar hai Rasulullah.
Beliau bertanya lagi, Tahukah kamu apakah sedikit harta suatu kefakiran?
Aku menjawab : Benar hai Rasulullah
Beliau bersabda : Sesungguhnya kekayaan adalah kecukupan hati, dan kefakiran adalah fakirnya hati.

Barangsiapa kaya hatinya maka suatu dari hartanya tidak akan membahayakan bagi dirinya.
Dan barangsiapa merasa fakir hatinya, maka harta yang banyakpun tidak akan mencukupinya.
Akan tetapi justru membahayakan dirinya karena kikirnya.
(HR Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)

Agar seseorang bisa merasa kaya kuncinya ‘kaya hati’ dan resepnya adalah qana’ah (menerima dengan ikhlas terhadap apa yang telah Allah SWT berikan) dan syukur (berterima kasih kepada Allah SWT). Karena dengan syukur, seseorang akan lebih menikmati apa yang mereka punya, karenapada hakikatnya saat manusia lahir tidak membawa apa-apa dan akan kembali kepada Allah SWT tanpa membawa apa-apa pula kecuali amalnya. Dalam ayat yang sangat populer yaitu surat Ibrahim ayat 7 Allah SWT berfirman :

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (ah)

0 komentar:

Posting Komentar

FB